Open hour: - - ; tutup

Tes laboratorium bagi dokter gigi (1)

James R Peltier

Setiap pasien yang dirawat oleh dokter gigi adalah pembawa penyakit potensial yang telah diketahui oleh manusia. Banyak di antara penyakit-penyakit ini didiagnosis melalui informasi yang diperoleh dari tes-tes laboratorium. Terutama pada pekerjaa di rumah sakit, pengetahuan tentang tes-tes ini merupakan prakara yang pokok, tapi banyak di antara tes-tes tersebut bisa dilakukan di klinik gigi berbasis rawat jalan. Literatur diisi dengan percobaan-percobaan laboratorium, tapi sulit untuk menemukan bentuk ringkas berupa garis besar tes yang singkat yang bisa diminta ke dokter untuk digunakan. Oleh karena itu, saya mencoba untuk membuat senarai tes-tes ini yang mengandung informasi sedemikian rupa sehingga berisi minat khusus untuk pakar diagnostik gigi.

1. Hematologi

A. Perhitungan

1. Sel-sel darah merah

Nilai normal bervariasi dari 4,500,000 sampai 6,000,000 eritrosit per millimeter kublik, pada perempuan dan anak-anak lebih rendah ketimbang pada laki-laki dewasa.

Prinsip: Darah diencerkan dengan larutan isotonik, dan sel-sel darah merah dihitung dalam ruang hemositometer di bawah mikroskop.

Perhitungan sel darah merah meningkat pada polycythemia vera primer dan secondary polycythemia sekunder (penyakit jantung, penyakit paru-paru, dan kondisi yang menghasilkan penurunan tensi oksigen dalam darah, yaitu, fistula arteriovenosa, ketinggian tinggi, dll). Hal ini menurun pada umumnya anemia.

Komen: Dari perkiraan yang paling handal, standar error jumlah sel darah merah berada di antara 8 hingga 10 persen.

2. Sel-sel darah putih.

Jumlah normalnya 5000 sampai 10000 sel per milimeter kubik.

Prinsip: Darah diencerkan dengan noda asam yang melarutkan sel-sel darah merah dan menodai sel-sel darah putih.

Jumlah sel darah putih itu tinggi pada umumnya proses inflamasi dan toksik (infeksi pyogenik dengan staphylococcus and streptococcus, proses leukemia, dan trauma (termasuk patah tulang). Jumlah sel darah putih jadi rendah pada infeksi tertentu (seperti pada demam tipus), dan telah dikenal redah pada anemia aplastis dan keracunan obat.

Komen: Leukopenia persisten dan parah memerlukan penelitian hematologi yang menyeluruh, karena bisa mengindikasikan penyakit sistemik atau kerusakan sumsum tulang. Hal yang sama berlaku untuk leukositosis.

3. Trombosit (Platelet)

Angka normal berkisar dari 200,000 sampai 500000 per millimeter kublik.

Prinsip: Darah diencerkan dengan cairan yang mengandung pengawet dan antikoagulan dan kemudian dinodai dengan metilen biru.

Interpretasi: Tes ini sering dipakai untuk menemukan purpura trombositopenik yang satu-satunya gejalanya adalah perdarahan gingiva yang tidak dapat dijelaskan dan / atau petekie oral di daerah yang biasanya tidak mengalami trauma. Metode ini juga sederhana dan tidak mahal untuk mengikuti laju purpura tromositopenik, anemia aplastis, dan leukemia setelah perawatan dimulai.

Jumlah platelet mengalami kenaikan pada polisitemia, setelah splenektomi, setelah pendarahan yang parah dan bila ada leukemia.  Jumlah platelet menurun dalam kasus purpura trombositopenia, infeksi yang parah, leukemia tahap purna, dan anemia aplastis.

Komen: Jika ada trombositopenia, maka prosedur operasi harus ditunda sebelum jumlah plateletnya mencukupi. Trombositopenia persisten yang parah adalah tanda penyakit sistemik dan perlu penelitian hematologi lebih lanjut.

4. Apusan darah untuk jumlah diferensial

Metode: Setetes darah vena diteteskan ke slide bersih dan disebarkan dengan slide lainnya dengan tetesan tersebut di belakang gerakan menyapu.

Interpretasi: Dalam jumlah diferensial, leukosit yang paling dominan dan kematangan relatifnya dapat teramati. Ukuran, bentuk, kematangan, dan kapasitas sel darah marah juga bisa dievaluasi.

Nilai sel-sel darah putih yang normal adalah sebagai berikut:

  • neutrofil: 54 sampai 62 persen;
  • limfosit: 25 sampai 33 persen;
  • leukosit belum matang (bands): 3 sampai 5 persen;
  • monosit: 3 sampai 7 persen;
  • eosinofil: 1 sampai 3 persen;
  • basofil: 0 sampai 1 persen.

Leukosit matang dan belum matang bisa diidentifikasi dalam apusan darah perifer bila ada leukemia dan gangguan hematologi lain. Ekses tipe leukosit tertentu bisa jadi ukuran penyakit, seperti ditunjukkan dalam Tabel I.

Komen: Meskipun klasifikasi tidak lengkap,nilai perhitungan diferensial tidak bisa berlebihan ditekankan. Perhitungan total maupun diferensial adalah piranti yang unggul untuk mengikuti laju penyakit yang tercantum dalam Tabel I.

B. Penentuan hemoglobin.

Nilai normal adalah 14.5 grams per 100 ml., tapi nilai dari 11 sampai 18 dianggap berada dalam kisaran normal.

Prinsip: Tes menggunakan metode fotoelektrik atau sistem kolorimetrik, keduanya meregister intensitas warna darah.

Interpretasi: Tes tersebut merupakan indikasi kapasitas darah membawa oksigen dan cukup dikatakan bahwa nilai tersebut rendah pada semua kondisi anemia (sekunder atau primer) dan rendah dalam kondisi yangn sama di mana jumlah eritrosit ditingkatkan. Nilai tersebut hendaknya tidak diekspresikan dalam persentase.

Tabel 1

NEUTROFILIA LIMFOSITOSIS MONOSITOSIS EOSINOFILIA BASOFILIA

Infeksi pyogenik (staphylococcal dan streptococcal)

Leukemia granulositik

Leukemia limfatik

Mononukleus infeksi

Batuk rejan

Leukemia monositik

Infeksi parasitik

Granuloma eosinofilik (tapi tidak selalu ada)

Polisitemia

Leukemia basofilik

Komen: Bedah hendaknya ditunda ketika nilai hemoglobin jatuh di bawah 10 Gm./100 ml.

C. Hematokrit (Volume Sel Kemas).

Nilai normalnya adalah 35 sampai 50 per cent.

Prinsip: Volume cekat seluruh darah diletakkan dalam tabung graduated tube dan tabung centrifuged tube, dan volume persen sel-sel darah merah diukur.

Interpretasi: Volume sel kemas juga merupakan ukuran kapasitas relatif membawa oksigen yang dipunyai oleh darah, dan penurunan nilai dan penaikan nilai  pada penyakit berkaitan dengan nilai hemoglobin.

Komen: Tes ini mudah dilakukan dan memerlukan jumlah minimal perlengkapan dan ketrampilan teknis. Nilai kurang dari 32 menunjukkan risiko anestesi umum.

D. Risiko sedimentasi.

Risiko sedimentasi dinyatakan sebagai milimeter ketinggian darah mengendap setelah satu jam. Normalnya 3.7 mm untuk laki-laki dan 9.6 mm untuk perempuan dengan kisaran maksimal 20 mm.

Prinsip: Tes ini mengukur kecepatan sedimentasi eritrosit. Kecepatan tersebut mengalami peningkatan pada banyak penyakit.

Interpretasi: Tingkat sedimentasi tidak spesifik. Terdapat peningkatan laju sedimentasi pada banyak penyakit dimana ada inflamasi, degenerasi jaringan, supurasi, atau nekrosis. Hal ini berguna untuk mengikuti respon terhadap infeksi dan untuk mendiferensiasi neurosis dari penyakit organik. Jika pasien mengalami anemia, beberapa otoritas merasa bahwa laju sedimentasi terkoreksi itu perlu, tapi Wintrobe percaya bahwa koreksi laju sedimentasi hendaknya diabaikan.

E. Kala perdarahan.

Kisaran normal beragam dari satu hingga enam menit.

Prinsip: Kala perdarahan adalah sarana untuk memperlihatkan fungsi kapiler normal, dan merupakan cerminan fungsi dan jumlah platelet.

Tes: Ada 3 tipe tes
(1) tusukan ujung jari (the finger-tip pierce)
(2) tusukan lobus telinga (the ear lobe pierce) (Duke method)
(3) metode Ivy (the Ivy method)

Metode Ivy lebih makan kala, tapi, sejauh ini, metode tersebut adalah metode yang paling akurat.

Prosedur metode Ivy method procedure: Sebuah manset ditempatkan di lengan bawah dan dikembangkan sampai register 40 mm. Hg, dan kulit lengan atas ditusuk dengan hemolet 4 mm. Tetes darah diserap sampai bersih pakai kertas filter pada interval tiga puluh detik sampai pendarahan berhenti.

Interpretasi: Kala perdarahan yang singkat tidak memiliki signifikansi klinis. Tes harus dihentikan setelah genap lima belas menit pada pasien yang tidak punya tanda-tanda berhenti pada kala itu, karena perdarahan lebih lanjut tidak memberi informasi tambahan apap-apa dan memiliki efek psikis yang buruk pada pasien. Masa pendarahan yang berkepanjangan dalam kasus trombositopenia, cacat kapiler herediter, dan kerusakan fungsi trombosit.

Komentar: Kala perdarahan itu normal pada hemofilia dan penyakit-penyakit yang terkait.

F. Uji kerapuhan kapiler (tes Rumpel-Leede's)

Prinsip: Tes ini tidak spesifik untuk resistensi kapiler dan melibatkan peningkatan tekanan hidrostatik kapiler.

Tes: Tourniquet sebetulnya sudah cukup, tapi inflated cuff (manset yang bisa berkembang) lebih disukai untuk standardisasi. Manset dikembangkan sampai titik di tengah di antara tekanan sistolik dan diastolik. Jika peteki (petechiae) muncul sebelum sepuluh menit, tes ini dilaporkan sebagai positif. Tes ini positif dalam kasus trombositopenia, purpura kapiler, kudis, dan pikun.

G. Kala pembekuan (kala koagulasi).

Normalnya delapan sampai duapuluh menit.

Prinsip: Tes ini mudahnya tes tabung uji untuk melihat kemampuan darah membeku. Ada dua macem tes.

  1. metode tabung kapiler yang memakai kapiler kulit dan pada umumnya dianggap tidak memuaskan
  2. Metode Lee-White method yang memakai darah vena dan dipercaya lebih akurat

Prosedur: Darah vena sebanyak 1 cc ditempatkan dalam tiga tabung uji basah dengan saline. Tabung pertama dimiringkan dengan lembut pada interval tiga puluh detik sampai darah tidak lagi mengalir di sisi tabung; kemudian, kemiringan tiga puluh detik dimulai pada dua tabung berturut-turut hingga pembekuan terjadi. Kala di mana gumpalan darah di dalam tabung purna, mulai dari kala darah telah dihapus dari vena, dilaporkan sebagai kala pembekuan.

Interpretasi: Nilai yang meningkat menunjukkan cacat pembekuan, tetapi tes normal tidak mengesampingkan kemungkinan pasien mengalami perdarahan. Kala pembekuan meningkat di AHG, PTC, dan PTA dan kekurangan faktor stabil dan labil; penyakit fibrinolitik; dan hipotrombinemia.

Komentar: Kala pembekuan tampak normal dalam kasus trombositopenia.

H. Retraksi gumpalan darah.

Normalnya, retraksi gumpalan darah dimulai dari tiga puluh sampai 60 menit dan selesai dalam waktu dua puluh empat jam.

Prinsip: 'Menarik keluar' atau mencabut gumpalan darah dalam tabung uji berbeda-beda dalam keadaan sakit dan saras.

Interpretasion: Mula retraksi gumpalan darah beku ditegakkan ketika lesung permukaan gumpalan darah terbentuk dari ekstrusi tetesan kecil serum dan selesai ketika gumpalan itu jadi berbeda dari serum. Tabung yang sama yang dipakai untuk memperkiraan kala pembekuan dapat dipakai untuk tes ini. Tes ini bergantung pada platelet darah dan faktor-faktor koagulasi plasma. Karakter gumpalan darah juga harus dicatat, karena gumpalan darah yang buruk terbentuk dan rapuh adalah indikasi penyakit.

Retraksi gumpalan darah berkepanjangan pada keadaan trombositopenia dan penyakit liver.

Komentar: Tes ini normal dilakukan pada pasien penderita hemofilia dan penyakit terkait, meskipun kala pembekuan darahnya berkepanjangan.


I. Kala protrombin.

Normalnya adalah tigabelas sampai empatbelas detik.

Prinsip: Protrombin adalah karbohidrat yang mengandung protein yang terbentuk dalam liver, Vitamin K diperlukan untuk sintesisnya.

Interpretasion: Tes ini memakai semua faktor mekanisme pembekuan lainnya (kalsium, tromboplastin, dll) dalam jumlah yang ditetapkan dengan benar, membiarkan protrombin sebagai satu-satunya variabel. Tes ini adalah metode satu tahap yang cepat dan mengukur seluruh proses pembekuan kecuali untuk faktor hemofilia platelet; Konsekwensinya, hasilnya adalah normal dalam kasus hemofilia dan penyakit pendarahan yang terkait.

Kala protrombin berkepanjangan bila ada sirosis dan penyakit kuning obstruktif dimana pembentukan Vitamin K terganggu, setelah trauma operasi dengan kehilangan darah (kematian mungkin terjadi karena hilangnya prothrombine akut), dan dalam meredakan kekurangan kompleks protrombin.

Komentar: Tes ini bernilai untuk mengikuti pasien yang menerima terapi anti-koagulan dengan kelompok obat coumarin (Dieumarol).

J. Konsumsi prothrombin (kala serum protrombin).

Prinsip: Normalnya, dalam pembekuan darah, protrombin hampir sepenuhnya dikonsumsi (80 sampai 90 persen), menyisakan serum dengan sedikit protrombin residu. Jika ada kekurangan tromboplastin dalam darah, konsumsi protrombin berkurang, meninggalkan residu protrombin tinggi dalam serum.

Prinsip tes: Jumlah protrombin yang dikonversi menjadi trombin dan jumlah protrombin residual yang tersisa di dalam serum setelah koagulasi berbeda-besa seiring jumlah tromboplastin dan protrombin yang tersedia.

Interpretasi: Waktu serum protrombin yang lebih besar dariada duapuluh detik itu normal. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar protrombin telah dipakai. Nilai yang lebih rendah daripada ini menandakan bahwa jumlah abnormal protrombin telah hilang.

Konsumsi protrombin itu abnormal atau turun pada defisiensi AHG, PTC, dan PTA; keadaan trombositopenik; dan defisiensi substansi akselerator.

K. Globulin hemofilia, anteseden tromboplastin plasma, diferensiasi komponen tromboplastin plasma.

AHG mengalami kerusakan setelah 48 jam dalam plasma, sedangkan PTA dan PTC tidak. Dari dua yang tersisa, PTC diserap oleh barium sulfat, sedangkan PTA dan AHG tidak. Oleh karena itu, tiga keadaan ini bisa diidentifikasi dengan prinsip ini.

Related posts:


glossary
en in