Open hour: - - ; tutup

Pendahuluan: Strategi untuk cacat intra-tulang

Pierpaolo Cortellini, Maurizio S. Tonetti

Regenerasi periodontal pada cacat intra-tulang sudah berhasil dicoba dengan berbagai pendekatan yang berbeda. Temuan histologis manusia dan binatang mendukung potensi membran penghalang, demineralisasi tulang allograft beku-kering (DFDBA), kombinasi membran penghalang dan graft, dan turunan matriks enamel (EMD) untuk menginduksi regenerasi periodontal. Selain itu, uji klinis terkontrol melaporkan bahwa pendekatan ini memberi kegunaan tambahan yaitu keuntungan tingkat perlekatan klinis (CAL) dibandingkan dengan akses kelepak saja. Perbandingan antara beberapa pendekatan regeneratif gagal untuk menunjukkan keunggulan yang jelas dari bahan-bahan yang diuji.

Jumlah dinding tulang sisa yang mendefinisikan cacat tampaknya memengaruhi hasil Membran penghalang yang tidak dapat diresorbsi (ePTFE dan ePTFR yang diperkuat titanium) dan penghalang bioabsorbable yang didukung oleh graft tampak tidak dipengaruhi oleh jumlah dinding tulang sisa pada cacat, sedang EMD memberi hasil yang lebih baik pada cacat dinding 3. Penghalang bioabsorbable dan penghalang ePTFE yang tidak dapat diresorpsi serta EMD dipengaruhi oleh lebar cacat intra-tulang.

Oleh karena itu, bukti yang ada tidak menyediakan indikasi yang jelas bagi dokter untuk memilih satu pendekatan di antara berbagai prosedur. Selain itu, semua penelitian yang dikutip telah menunjukkan tingkat variabilitas yang substansial dalam prakara perolehan CAL, kegagalan pelaporan, atau hasil yang tidak memuaskan dalam sebagian populasi yang diberi perlakuan. Penelitian-penelitian yang umumnya dilakukan dalam satu dasawarsa belakangan telah jelas menghasilkan bukti tegas bahwa variabilitas yang diamati dalam hasil prosedur regeneratif periodontal bergantung pada berbagai faktor seperti faktor pasien, cacat, dan bedah. Faktor pasien termasuk merokok, infeksi periodontal sisa, dan kebersihan mulut. Di antara faktor cacat yang terkait dengan anatomi, kedalaman komponen intra-tulang dari cacat dan/atau kedalaman probing secara konsisten didapati sebagai faktor yang relevan. Jumlah dinding tulang sisa yang mendefinisikan cacat tampaknya memengaruhi hasil. Membran penghalang yang non-bioabsorbable (ePTFE dan Titanium-Reinforced ePTFE)  dan hambatan bioabsorbable yang didukung oleh graft tampaknya tidak terpengaruh oleh jumlah dinding tulang sisa pada cacat, sementara EMD memberi hasil yang lebih baik dalam cacat 3-dinding. Penghalang yang bioabsorbable dan penghalang ePTFE yang non-bioaborbable serta EMD dipengaruhi oleh lebar cacat intra-tulang.

Di antara faktor teknis/ pembedahan, paparan membran dan kontaminasi telah diketahui ada hubungannya dengan penurunan hasil. Problem yang serupa juga ditemukan pada graft tulang. Penurunan hasil juga teramati ketika jaringan yang beregenerasi kurang terlindungi oleh kelepak ketika membran penghalang non-resorbable dihapus.

Suatu uji klinis terkontrol menunjukkan bahwa kombinasi dari kelepak perlindungan papila dan membran ePTFE yang diperkuat oleh titanium menghasilkan jumlah perolehan tingkat perlekatan klinis yang lebih besar dibandingkan dengan pendekatan flap konvensional yang terkait dengan membran ePTFE. Bukti ini sangat menyarankan bahwa optimisasi pendekatan bedah dan kontrol variabel bedah, terutama dalam kaitannya dengan desain kelepak dan manajemen dan pemilihan bahan regeneratif, dapat meningkatkan hasil. Dalam konteks regenerasi jaringan terpandu (GTR), beberapa desain flap khusus ditujukan untuk pelestarian penuh jaringan lunak selama akses ke cacat telah dideskripsikan. Uji eksperimental berkenaan kelepak-kelepak regeneratif ini melaporkan perbaikan besar dalam mencapai penutupan utama selama sesi bedah dengan penutupan interdental optimal yang diperoleh di hampir semua kasus. Selama penyembuhan berikutnya, bagaimanapun, dehiscence jaringan interdental dan paparan membran teramati pada sampai sepertiga dari kasus. Kemampuan untuk mencapai dan mempertahankan penutupan utama jaringan di atas membran GTR lebih ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan mikrobedah yang menghasilkan pemeliharaan penutupan luka primer di 92,3% dari situs yang dirawat untuk seluruh periode penyembuhan.

Suatu upaya telah dilakukan untuk membangun strategi regeneratif berbasis bukti guna memandu para dokter melalui proses pengambilan keputusan untuk mengoptimalkan hasil klinis regenerasi periodontal pada cacat intra-tulang dengan secara cermat menggabungkan informasi yang berasal dari kumpulan bukti ini. Langkah kunci dari proses ini adalah mengevaluasi pasien dan cacat secara cermat, kemampuan untuk mengakses cacat dengan kelepak perlindungan papila, memilih teknologi regeneratif yang paling tepat, dan kemampuan untuk menyegel luka regenerasi dari lingkungan mulut yang telah terkontaminasi dengan menggunakan teknik penjahitan yang optimal. Tujuan dari penelitian kohort kasus ini adalah untuk mengevaluasi kinerja klinis dari strategi regeneratif berbasis bukti dalam perawatan cacat intra-tulang yang dalam.

Related posts:


glossary
en in
Clinical Attachment Level (CAL) tingkat perlekatan klinis
demineralized freeze-dried bone allograft (DFDBA) alograf tulang kering beku terdemineralisasi
enamel matrix derivative (EMD) turunan matriks enamel
guided tissue regeneration (GTR) regenerasi jaringan terpandu
periodontal regeneration regenerasi periodontal
clinical attachment level gain keuntungan tingkat perlekatan klinis
clinical attachment level (CAL) gain keuntungan tingkat perlekatan klinis