Open hour: - - ; tutup

PEMBAHASAN: strategi untuk cacat intra-tulang

Pierpaolo Cortellini, Maurizio S Tonetti

Kohort kasus ini menilai kinerja klinis strategi regeneratif yang dikembang untuk meningkatkan kemampuan klinis guna mengoptimalkan hasil-hasil bedah periodontal regeneratif. Dasar penalaran yang menyeluruh untuk pendekatan klinis yang diajukan datang dari pengakuan bahwa pendekatan regeneratif yang berbeda yang dilaporkan dalam pustaka sering memberi hasil yang kurang memuaskan dan agak kurang bisa diramal.

menunjuk tepat ke tempat interdental site for Modified papilla preservation technique
Gambar 1: Insisi teknik preservasi papilla termodifikasi

Protokol yang diajukan (Gambar 1 dan Gambar 2) terutama didasarkan pada bukti saintifik dengan level yang berbeda dan sebagian didasarkan pada pengalaman klinis para pengarang laporan penelitian ini. Bukti-bukti yang diajukan memungkinkan kita untuk mengidentifikasi dengan jelas, dan, oleh karena itu, memungkinkan kita untuk juga mengontrol beberapa faktor yang berpengaruh negatif pada hasil klinis regenerasi periodontal.

membuka flap debridement
Gambar 2. Membuka flap debridement

Faktor-faktor yang berhubungan degan pasien, seperti kontrol plak, infeksi periodontal residual, dan merokok, telah terbukti punya dampak negatif yang konsisten pada hasil-hasil jangka pendek maupun hasil-hasil jangka panjang. Protokok ideal untuk bedah regeneratif oleh karena itu hendaknya meliputi protokol penghentian merokok dan terapi periodontal non-bedah yang memadai guna memperkecil dampak plak supragingiva dan infeksi bakteri. Memperoleh kerjasama yang sangat baik dari pasien juga jadi kunci sukses. Terapi regeneratif memerlukan kontribusi yang besar dari pasien dalam hubungannya dengan serangkaian rekomendasi perilaku, metode kebersihan oral termodifikasi, medikasi topikal, dan medikasi sistemik.

Di antara faktor-faktor yang berkaitan dengan teknis/ bedah, kurangnya penutupan primer ruang interdental dan kontaminasi bakteri pada luka yang sedang beregenerasi sebagai konsekwensi dari prakara itu menunjukkan salah satu faktor paling berarti yang menimbulkan gangguan pada hasil bedah regeneratif. Elemen penting untuk memperbaiki hasil-hasil regeneratif adalah dengan mencapai dan mempertahankan penutupan primer flap pada daerah interdental yang kritis. Memodifikasi rancangan flap memungkinkan akses ke area cacat sekaligus mempertahankan papilla interdental terbukti meningkatkan kemampuan klinisi untuk mencapai tujuan ini, terutama ketika dipakai dengan pendekatan bedah mikro. Dalam penelitian ini, MPPT dan SPPF digunakan menurut indikasi orisinil, yaitu: MPPT dipakai untuk mengakses ruang interdental yang lebar (>2 mm), sedangkan SPPF dipakai untuk mengakses ruang dental yang sempit (≤ 2 mm).

Seleksi strategi regeneratif didasarkan pada beberapa bukti dan pada beberapa asumsi. Cacat yang lebar dan tidak suportif diperlakukan dengan bahan pengisi. Dasar penalaran kami sehubungan dengan prakara itu adalah untuk menghindari sebanyak mungkin rusaknya penghalang dan rusaknya jaringan lunak penutup pada arah koronal dari cacat. Kejadian semacam itu umumnya dianggap mengurangi ruang untuk regenerasi dan meningkatkan resesi jaringan lunak. Bila cacat berukuran sempit dan menampilkan morfologi terutama 2 atau 3 dinding, maka digunakan penghalang bioabsorbable, sembari mengasumsikan bahwa dinding sisa akan mencegah rusaknya penghalang dan jaringan lunak. Pada cacat 3 dinding, EMD lebih disukai berdasarkan bukti yang menunjukkan respon positif cacat 3 dinding ke EMD. Hal itu dikaitkan dengan dampak minimal komplikasi pasca bedah.

Penutupan primer flap dipastikan dengan menggunakan teknik jahitan 2 lapis. Teknik ini terdiri dari 1) jahitan matras internal yang ditujukan pada kemajuan koronal flap dan mengontrol tegangan flap, dan 2) jahitan matras yang lebih dangkan untuk menutup secara pasif papila interdental.

Suatu rejimen pasca-bedah yang ketat ditegakkan untuk mengontrol kontaminasi bakteri. Tinjauan sistematis baru-baru ini melaporkan pengurangan PD secara berarti dan keuntungan dalam prakara keuntungan CAL ketika rejimen kontrol plak yang ketat pasca operasi diikuti.

Penggunaan protokol pengambilan keputusan ini menghasilkan keuntungan CAL 6 ± 1.8 mm setelah genap 1 tahun pada cacat dengan komponen intra-tulang 6.6 ± 1.7 mm, keuntungan CAL yang diperoleh adalah 92.1% ± 12%. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar komponen intra-tulang pada cacat telah berhasil diatasi. Dengan memakai kriteria Ellegaard and Löe, resolusi komponen intra-tulang pada cacat tergolong memuaskan atau lengkap pada semua kasus yang dirawat. Secara khusus, 40,5% cacat mempunya keuntungan level perlekatan yang setara atau lebih besar dari kedalaman komponen intra-tulang pada titik permulaan, sedangkan cacat dengan tanggapan yang paling buruk menunjukkan persentase CAL 71,4. Perbandingan historis dengan eksperimen klinis memakai graft tulang atau GTR jelas menunjukkan bahwa hasil-hasil dari percobaan ini berada pada persentil atas sehubungan dengan keuntungan CAL dan resolusi cacat. Untuk menginterpretasikan hasil-hasil ini secara tepat, penting sekali untuk menekankan bahwa beberapa faktor memengarhi hasil-hasil klinis regenerasi periodontal. Proses selesi kasus mengecualikan kasus-kasus dengan faktor-faktor sub-optimal yang berhubungan dengan pasien, seperti misal kontrol plak, pendarahan sisa kala probing (residual BOP), atau merokok cigarette.

Selain itu, prosedur-prosedur bedah dan bahan-bahan regeneratif yang dipakai berhubungan  degan derajat sensitivitas seiring ketrampilan dokter bedah. Dalam hubungannya dengan prakara ini, klinisi hendaknya tidak mempertalikan hasil-hasil observasi dengan pilihan strategi regeneratif saja.

Peningkatan resesi margin gingiva dalam rentang masa antara titik permulaan dan setelah genap 1 tahun hanya −0.1 ± 0.7 mm. Hasil yang mengagumkan ini bisa berhubungan dengan preservasi jaringan lunak interdental, manipulasi non-traumatis selama bedah yang diuntungkan dengan pemakaian bedah mikro, dan seleksi strategi regeneratif yang tepat, yang membatasi kerusakan jaringan lunak. Hasil-hasil klinis optimal yang diperoleh dengan pendektan ini digarisbawahi lebih lagi dengan kedalaman probing sisa 2.7 ± 0.6 mm yang teramati. Observasi ini relevan karena salah satu tujuan perawatan regeneratif cacat intra-tulang adalah reduksi PD, sekaligus menghasilkan resesi gingiva minimal.

Sehubungan dengan penutupan primer flap, mencapai penutupan primer lengkap dalam 100% tempat interdental yang dirawat itu mungkin-mungkin saja dari segi teknisnya. Penutupan terpelihara pada 90% kasus selama seluruh periode penyembuhan. Dalam kondisi ini, masuk nalar untuk mengasumsikan bahwa penyembuhan luka terjadi pada lingkungan tersegel dengan kontaminasi bakteri pada tingkat minimal dan stabilitas optimal luka. Lagi pula jelas nyata terlihat bahwa kemampuan untuk mendapatkan dan memperoleh penutupan primer memungkinkan retensi optimal dan aktivitas biologi bahan-bahan yang diterapkan ke dalam lingkungan luka guna memodulasi proses penyembuhan secara diferensial.

Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk membandingkan pendekatan-pendekatan regeneratif yang berbeda, tapi lebih dimaksudkan untuk memberi dasar penalaran untuk penerapan bahan-bahan yang berbeda menurut penilaian klinis yang paling baik.

Hasil-hasil yang diperoleh dari empat kelompok terapi menurut bahan regeneratif yang dipakai menunjukkan bahwa setiap bahan memberi kinerja hasil klinis unggul yang sangat baik. Hal ini secara khusus tampak jelas sehubungan dengan persen keuntungan perlekatan klinis. Persentase CAL berkisar dari rata-rata 95.4% ± 12.9% bila pakai EMD sampai 94.7% ± 13.4% bila pakai membran ePTFE yang diperkuat dengan titanium hingga rata-rata 88.9% ± 11.5% yang diperoleh dengan penghalang bioabsorbable saja dan 88.2% ± 9.6% yang diperoleh dengan graft penggantian tulang. Resesi gingiva yang teramati dan PD sisa di setiap kelompok juga minimal. Morfologi yang berbeda pada cacat ketika teknologi tertentu diterapkan tidak memungkinkan penilaian komparatif sehubungan dengan kinerja karena ada beberapa morfologi yang dianggap menampilkan tantangan klinis lebih besar ketimbang morfologi klinis lainnya.

Sebagai simpulan, penggunaan strategi regeneratif yang diajukan menghasilkan banyak keuntungan level perlekatan klinis dan resesi minimal setelah genap 1 tahun pada semua populasi yang diberi perawatan dan pada setiap kelompok dari 4 kelompok yang diberi perawatan. Oleh karena itu, ada kemungkinkan untuk memberi saran kepada para klinis yang ingin mengoptimalkan hasil-hasil klinis regenerasi periodontal pada cacat intra-tulang untuk menggabungkan strategi operasi yang digambarkan pada penelitian ini dalam pembuatan keputusan klinisnya.

Related posts:


glossary
en in
PD Probing depth, kedalaman probing, kedalaman penjajakan
CAL clinical attachment level, tingkat perlekatan klinis
ePTFE expanded polytetrafluoroethylene, politetrafluoroetilen yang diperluas
EMD enamel matrix derivative, derivasi matriks enamel
SPPF simplified papilla preservation flap, flap preservasi papilla sederhana
BOP Bleeding on probing, pendarahan saat probing/ penjajakan
Residual PD residual probing depth, kedalaman probing sisa
bioabsorbable dapat diserap secara biologi oleh tubuh
MPPT modified papilla preservation technique, teknik preservasi papila termodifikasi
GTR guided tissue regeneration, regenerasi jaringan terpandu
residual BOP BOP sisa